24 Februari 2009

Presiden: Damai Aceh dalam NKRI Sudah Final

* Jangan Ada yang Mengganggu

BANDA ACEH - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menegaskan bahwa pilihan damai dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) untuk mengakhiri konflik di Aceh, merupakan pilihan bersama, dikehendaki oleh saudara-saudara sebangsa di Aceh, dan didukung oleh dunia internasional. Kepala Negara juga menyatakan, damai dengan otonomi yang luas bagi Aceh dalam kerangka NKRI adalah satu paket dan sudah final. Oleh karena itu, tidak boleh ada yang mengganggu pilihan tersebut. “Mari kita selamatkan dan lanjutkan pembangunannya untuk kesejahteraan rakyat Aceh dan bangsa Indonesia,” tegas Presiden SBY di Lapangan Blangpadang Banda Aceh, Senin (23/2) dalam acara peresmian 13 proyek Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh-Nias maupun yang didanai APBN dan negara donor pascatsunami.

Presiden mengingatkan, tidak boleh ada yang ke luar dari konsep “damai dengan otonomi yang luas bagi Aceh dalam kerangka NKRI” itu. Oleh karenanya, hentikan cara pandang yang lalu. “Dengan proses damai yang kita syukuri, berarti kita semua tidak ingin terjadi lagi peristiwa seperti pada masa konflik, di mana korban banyak berjatuhan setiap hari dari kedua belah pihak dan masyarakat,” ujarnya.

Lebih lanjut Presiden mengajak semua pihak di Aceh menghentikan cara berpikir yang lalu dan memasuki lembaran kehidupan yang baru. “Tidak ada lagi istilah daerah operasi militer (DOM) dan istilah Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Kita lewatkan semuanya, mari bersatu sebagai masyarakat Indonesia,” ajak Presiden SBY.

Ia ingatkan masyarakat Indonesia, khususnya Aceh, agar tidak berpikir mundur. Kalau berpikir mundur, berarti merugi. “Bukan itu yang kita pilih dan bukan itu jalan yang diridai Allah. Hilangkan kepentingan-kepentingan pribadi, hilangkan pikiran-pikiran lain, kecuali menyelamatkan proses perdamaian untuk semua masyarakat Aceh dan Indonesia,” imbuhnya.

Presiden juga mengatakan setuju dan mendukung apa yang telah disampaikan Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf sebelumnya bahwa proses damai ini perlu diselamatkan dan jangan sampai belok ke sana-kemari, dan jangan ada gangguan apa pun.

“Ya, alhamdulillah, kita telah menghentikan konflik berdarah yang telah lama berlangsung di negeri kita pada waktu lalu. Apabila kita bersama-sama melanjutkan terus proses rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh pascatsunami dan melanjutkan terus pembangunan, termasuk reintegrasi pascakonflik, maka masa depan Aceh dengan rida Allah akan makin cerah dan gemilang. Ini tugas dan tanggung jawab kita semua,” ujar Presiden SBY yang banyak bicara tanpa teks.

Presiden juga mengingatkan bahwa konsensus RI dan GAM adalah mengakhiri konflik secara permanen. “Untuk itu, mari kita bangun Aceh menuju masa depan dalam keutuhan NKRI. Saya akan bermalam di Banda Aceh dan besok akan kembali ke Jakarta. Selama di tempat ini saya akan bertemu dengan pimpinan pemerintah di Aceh, bertemu dengan tokoh masyarakat, dan ulama,” ujarnya.

Kepala Negara setuju dengan Gubernur Irwandi Yusuf dan mengajak semua pihak untuk terus mendukung proses reintegrasi. “Dengan harapan dan ajakan itu, saya punya keyakinan tinggi dapat terus melanjutkan proses rehabilitasi dan rekonstruksi serta reintegrasi di Aceh,” tukas Presiden.

Tentang pemilu

Menyangkut Pemilu 2009 yang sudah di ambang pintu, Presiden mengatakan pemilu adalah proses yang terbuka, kegiatan demokrasi, yang bersamaan dengan itu akan ada aturan kegiatan bagaimana melakukan pemantauan, baik yang dilakukan lembaga-lembaga yang dibentuk untuk itu, ataupun oleh organisasi lain, baik dari dalam negeri maupun internasional.

Aturan yang berlaku di tingkat nasional, kata Presiden, tentulah tidak ada pengecualian bagi Aceh. Apa yang berlaku di tingkat nasional, tentunya juga berlaku untuk Aceh.

Presiden juga mengimbau semua pihak menyukseskan pemilu tahun ini dengan jujur, adil, aman, tertib, damai, dan lancar. Jangan ada paksaan, biarkan orang seorang menggunakan haknya untuk menyalurkan pilihannya dengan baik. Tidak boleh ada intimidasi, tekanan, dan sejenisnya. “Kita sudah memiliki sistem yang jelas, Undang-Undang Dasar, sejumlah peraturan pemilu, qanun, maka jalankan aturan itu sebaik-baiknya,” tukas Presiden.

Soal visa

Menanggapi permintaan Gubernur Aceh mengenai visa on arrival (VOA), Presiden menyetujuinya dan meminta Menlu melalui Menteri Sekretaris Kabinet agar visa on arrival bisa diberikan dan itu berlaku bagi suluruh wilayah Indonesia agar wisatawan bisa datang lebih cepat dan lebih murah. “Tidak perlu dipersulit sesuatu yang bisa dengan mudah kita jalankan,” Presiden mengingatkan.

Mengenai rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh pascagempa dan tsunami, Presiden berharap infrastruktur yang dibangun BRR, maupun hasil kerja sama dengan badan-badan internasional dan pihak-pihak dalam negeri, termasuk proyek yang dibangun Pemerintah RI, haruslah dipelihara dan digunakan dengan baik. “Jadikan semua itu sebagai sarana untuk menggerakkan perekonomian rakyat, untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.”

Presiden mengingatkan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk membangun semua itu sangatlah besar, mencapai Rp 22 triliun yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia. “Ditambah triliunan lagi bantuan dari bangsa-bangsa di dunia, dari masyarakat internasional, dari sahabat-sahabat kita,” ujar Presiden.

Dalam acara peresmian proyek rehab rekon maupun yang didanai APBN itu, Presiden SBY juga menyerahkan bantuan Program PNPM senilai Rp 222,8 miliar kepada Gubernur Irwandi Yusuf untuk diteruskan kepada kepala desa. Presiden berharap kepala desa, dengan supervisi para bupati dan walikota, dapat menggunakan dana ratusan miliar rupiah itu dengan sebaik-baiknya, tepat sasaran, dan jangan ada pemborosan, jangan ada yang menyimpang. “Dengan demikian, semuanya akan dinikmati oleh rakyat kita, oleh masyarakat Aceh.”

13 Proyek

Sebagaimana diberitakan kemarin, Presiden SBY berada di Aceh selama dua hari untuk meresmikan 13 proyek dengan total nilai Rp 715, 3 miliar dan bertemu dengan tokoh masyarakat maupun tokoh agama di Aceh.

Proyek yang diresmikan itu, antara lain, Taman Internasional Aceh Thanks to the World senilai Rp 2,4 miliar, Museum Tsunami Aceh Rp 67,9 miliar, Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheue Rp 74,2 miliar, Politeknik Aceh Rp 160 miliar, Bendungan Keuliling Rp 270,3 miliar, dan Kapal Motor Penyeberangan BRR Rp 26,4 miliar.

Terkait proyek-proyek yang akan menjadi aset Pemerintah Aceh itu, Presiden mengharapkan masyarakat menggunakan bantuan tersebut sebaik-baiknya dan menjadikannya sebagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Menurut Kepala Negara, peresmian proyek-proyek tersebut merupakan ekspresi rasa syukur kepada Allah dan tentunya untuk membulatkan tekad kita menjaga, mengamankan, dan menyelamatkan proses perdamaian.

Tak lupa Presiden menyatakan terima kasih yang tulus, atas nama negara, atas nama pemerintah, dan selaku pribadi, kepada seluruh pejuang BRR, kepada seluruh pejuang kemanusiaan, dan seluruh masyarakat dunia yang telah membantu masyarakat Aceh dan Nias untuk membangun hari esoknya yang lebih baik pascagempa dan tsunami.

Di akhir sambutannya, Presiden mengajak masyarakat Aceh melanjutkan pembangunan menuju Aceh yang lebih adil, aman, demokratis, bermartabat, dan sejahtera dalam kebersamaannya dengan bangsa Indonesia dalam bingkai NKRI. (her)

Sumber: http://www.serambinews.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar