10 April 2009
Gubernur di Lamprit, Wagub di Jeulingke * Muzakkir Manaf di Pantonlabu
BANDA ACEH - Para petinggi Aceh bersama-sama dengan segenap lapisan masyarakat yang terdaftar sebagai pemilih, telah memberikan suaranya kepada wakil-wakil rakyat yang akan duduk di DPR, DPD, DPRA, dan DPRK. Tapi, di tempat pemungutan suara (TPS) mana mereka melakukan pencontrengan, Kamis (9/4) kemarin, berikut laporannya.
Gubernur Aceh Irwandi Yusuf, bersama istrinya Darwati A Gani, kemarin, datang dan memberikan suaranya di TPS 3 Bandar Baru, Lamprit, Banda Aceh. Dengan mengenakan baju lengan pendek berwarna abu-abu, Gubernur tampak bercanda akrab dengan sejumlah pemilih lainnya di TPS itu, baik sebelum maupun setelah melakukan pencontrengan.
Usai memberikan suaranya, Gubernur Irwandi Yusuf sempat melakukan pememantau ke sejumlah TPS lainnya, sebelum akhirnya bertolak ke Meulaboh, Aceh Barat, bersama dengan Kapolda Aceh Irjen Pol Adityawarman, dan Ketua Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Nyak Arief Fadillah. Mereka berangkat ke Meulaboh dengan pesawat helikopter dari landasan helipad Mapolda Aceh.
Berdasarkan hasil pantauan dan sejumlah laporan yang diterimanya dari berbagai daerah, Gubernur Irwandi Yusuf menyatakan bahwa secara umum prosesi pemungutan suara Pemilu 2009 di Aceh, berlangsung tertib, aman, lancar, dan terkendali. “Sejauh laporan yang saya terima, pelaksanaan Pemilu di Aceh berjalan lancar,” katanya saat melakukan peninjauan ke sejumlah TPS, di Meulaboh, Aceh Barat, kemarin.
Gubernur juga mengaku menerima sejumlah laporan terhadap adanya intimidasi dan kekerasan yang diterima oleh sejumlah pengurus partai dan masyarakat, namun sejauh ini tidak mengganggu kelancaran pesta demokrasi rakyat itu. Ia juga menyayangkan adanya sebagian masyarakat yang tak bisa ikut memilih, karena tidak terdaftar dalam DPT. “Kita harapkan, ke depan nanti, hal-hal seperti ini tidak terjadi lagi,” katanya.
Penggiringan
Sementara itu, Wakil Gubernur Aceh Muhammad Nazar dan istrinya Dewi Meutia, yang melakukan pencontrengan di TPS 7 Desa Jeulingke, Banda Aceh, juga melakukan pemantauan ke sejumlah TPS yang ada di kiawasan Banda Aceh dan Aceh Besar. “Meski ada beberapa gangguan kecil, seperti adanya indikasi penggiringan warga untuk mencontreng partai tertentu, namun secara umum pemilu di Aceh berlangsung aman dan lancar,” katanya kepada Serambi, kemarin.
Wagub Muhammad Nazar yang didampingi Anggota DPRA Sulaiman Abda dan Kabag Humas Pemprov Aceh Nurdin F Joes, dalam pernyataannya kepada pers mengatakan bahwa pemilu legislatif kali ini merupakan sejarah besar bagi masyarakat Aceh. “Untuk 32 provinsi di luar Aceh, pemilihnya hanya memilih partai nasional, tapi di Aceh ditambah enam partai lokal, yaitu Partai Aceh, Partai SIRA, PDA, PAAS, PBA, dan PRA,” katanya.
Kehadiran partai lokal dalam pemilu legislatif ini, merupakan tindak lanjut dari kesepakatan damai RI-GAM (MoU), 15 Agustus 2005, di Helsinki Fitlandia, yang kemudian dituangkan dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (UUPA). “Jadi, karena ini merupakan sejarah baru bagi dunia perpolitikan di Aceh, kita mengharapkan agar masyarakat yang telah terdaftar aebagai pemilih, dapat memberikan suaranya ke TPS sesuai dengan pilihannya masing-masing,” ujarnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa secara umum pelaksanaan pemilu di Kota Banda Aceh dan Aceh Besar berjalan lancar, dan partisipasi masyarakat yang telah mendapat undangan untuk memberikan suara di TPS-TPS relatif besar mencapai 80-90 persen, termasuk WNI turunan Tionghoa yang memberikan suaranya pada TPS di Kelurahan Peunayong, Banda Aceh. “Begitupun, menurut laporan yang masuk ke HP Wagub dari berbagai daerah, seperti dari Pidie, Pidie Jaya, Bireuen, Aceh Utara, Aceh Timur dan daerah rawan intimidasi lainnya, pelaksanaan pemungutan suara atau pencontrengan caleg, berjalan lancar,” katanya.
Dikatakan, tujuan dari pemilu legislatif ini adalah untuk memilih wakil-wakil rakyat untuk duduk di kursi legislatif. Kalau pemilihannya dilakukan seperti cara-cara tersebut di atas tidak demokratis dan tidak jujur, melainkan melakukan penekanan, maka calon wakil rakyat yang akan duduk lembaga legislatif nanti adalah orang-orang yang hanya mengandalkan kekerasan. “Kika kememangan dalam pemilu dilakukan dengan cara curang serta intimidasi, tentu proses demokrasi di Aceh sudah tidak berjalan sebagaimana yang kita harapkan,” pungkasnya.
Aman dan sukses
Sementara itu, mantan Panglima GAM Muzakir Manaf, Kamis (9/4) pukul 09. 45 WIB, didampingi istri datang ke TPS-46 berlokasi di Terminal Bus Pantonlabu, Kecamatan Tanah Jambo Aye, Aceh Utara. Ketua Komite Peralihan Aceh (KPA) ini menunjukkan wajah ceria. Ketika ditanyai Serambi mengapa ia gembira sekali. Muzakir menjawab: “Alhamdulillah, secara menyeluruh Aceh aman dan Pemilu sukses,” kata Muzakir Manaf.
Kedatangan Muzakir Manfa tergolong biasa saja, tak ada penyambutan berlebihan. Hanya beberapa warga mendekati dan menyalaminya. Sejenak melihat-lihat masyarakat sedang memperhatikan contoh kertas surat suara yang dipajang di dekat TPS.
Lalu Muzakir Manaf mendatangi petugas pendaftaran menyodorkan surat undangan. Tidak begitu lama mengantre, Muzakir dan istrinya dipanggil panitia untuk memberikan hak pilihnya dalam kamar (bilik) TPS-46 yang dibuat dari plastik hitam.
Sehari sebelum pemilihan Muzakir Manaf menonaktifkan HP, sehingga banyak rekannya dari KPA yang ditanyai mengaku tidak mengetahui dimana Muzakir memberikan hak pilihnya. Bahkan, telepon selularnya baru diaktifkan setelah dia memberikan hak pilihnya di TPS-46 persisnya di terminal Pantonlabu, 70 Km sebelah timur Kota Lhokseumawe.
Usai memberikan hak pilihnya, Muzakir Manaf kepada Serambi mengatakan bahwa telah menerima laporan dari berbagai daerah kondisi Aceh aman dan pemilu sukses. Sampai pukul 17.00 WIB dihubungi kembali Muzakir mengaku belum dapat laporan ada insiden. “Alhamdulillah dan saya ucap terimakasih kepada seluruh masyarakat Aceh dan pihak keamanan,” ujar Muzakir Manaf di terminal Pantonlabu.
Hal senada juga diungkapkan Ketua Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh, Abdul Salam Poroh, bahwa Pemilu 2009 di Aceh secara keseluruhan berjalan lancar meskipun diwarnai beberapa laporan masalah saat pemungutan suara berlangsung. “Secara umum Pemilu di Aceh berjalan lancar. Meskipun ada beberapa laporan masalah yang masuk tapi itu tak ada yang serius dan krusial yang dapat menghambat pelaksanaan pemilu di Aceh,” katanya.(sar/di/her/ib)
Sumber: http://www.serambinews.com/
PA Diprediksi Mendominasi
BANDA ACEH - Partai Aceh (PA) diperkirakan mendominasi perolehan suara untuk pemilu legislatif 2009 di Aceh, baik untuk DPRA maupun kabupaten/kota.
Prediksi ini diutarakan pengamat hukum dan politik dari Fakultas Hukum (FH) Unsyiah, Mawardi Ismail SH MHum, dalam Talkshow Analisis Hasil Sementara Pemilu 2009 yang disiarkan secara live oleh Stasiun Radio Serambi FM tadi malam. Mawardi tampil bersama Dr Iskandar Gani SH MHum yang juga dosen FH Unsyiah dan mantan Ketua Komisi Penyiaran Independen (KPI) Daerah Aceh.
Mawardi menyebutkan suara PA diperkirakan bakal meroket tajam dan mendominasi lima partai lokal peserta pemilu legislatif yang lain, yakni Partai SIRA, PDA, PRA, PBA, PAAS dan 38 partai berbasis nasional tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
“Partai Aceh dominan itu pasti. Tapi berapa jumlah (kursi -red) di parlemen itu kita belum tahu,” kata mantan anggota DPRD Aceh ini.
Hingga pukul 22.00 WIB tadi malam proses penghitungan suara masih dilakukan di TPS di seluruh Aceh. Dari hasil perhitungan sementara PA memang diklaim meraup perolehan suara siginifikan dibandingkan
Mawardi menyebutkan kemungkinan partai lokal akan mendominasi suara pada pemilu legislatif di Aceh bukan menjadi sesuatu yang mengkhawatirkan.
Karena, kata dia, sesuai platform seluruh partai peserta pemilu tetap menjunjung tinggi konstistusi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan perdamaian.
“Tidak ada pengalaman itu bukan yang sesuatu kendala. Tapi sejauh mana mereka mau untuk belajar dan yang lebih penting adalah mereka tidak berpikir menjadi anggota dewan hanya untuk mencari kerja semata. Tapi lebih pada proses pengabdian kepada rakyat,” ujarnya.
Menurut Mawardi, meskipun partai lokal di Aceh meraup suara signifikan pada pemilu legislatif, namun masih dibutuhkan dukungan partai nasional. Menjaga hubungan politik dengan partai nasional dia nilai penting. Sebab, untuk membangun Aceh tidak terlepas dari peran pemerintah, termasuk dalam penganggaran harus melalui pemerintah pusat.
“Ini penting untuk dilakukan karena partai lokal tidak punya perwakilan mereka di tingkat pusat dan ini bisa diwakilkan oleh partai nasional,” katanya. Dia sebutkan, ketika sudah masuk dalam parlemen semua partai pemenang pemilu diharapkan dapat fokus untuk memperjuangkan aspirasi rakyat.
Narasumber lainnya, Dr Iskandar Gani menyebutkan walaupun partai lokal di Aceh mendominasi suara di parlemen, tapi mereka terikat dengan konstitusi. Sehingga, apa pun yang diputuskan dalam parlemen adalah dalam rangka menjaga perdamaian dan keutuhan NKRI.
Dia sebutkan, terhadap caleg
Sementara itu, pada bagian lain Mawardi Ismail juga menyebutkan masyarakat
Hal ini terlihat dari hasil sementara penghitungan suara secara nasional melalui hitungan cepat (quick count) menempatkan Demokrat masih teratas dalam perolehan suara sementara. Menurut Mawardi, melejitnya suara Demokrat ini tidak terlepas dari figur Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai Ketua Dewan Penasihat Demokrat dan
“Kemenangan sementara ini karena masyarakat masih percaya kepada SBY. Tapi ini lebih disebabkan oleh figur SBY ditambah dengan adanya kebijakan yang prorakyat,” ujarnya.
Menurut Mawardi, kondisi berbeda justru dialami Golkar yang sejak tadi malam perelohan suara berada di bawah Demokrat.
Menurunnya suara Partai Golkar kemungkinan terjadi karena Jusuf Kalla (JK) telah menyatakan memisahkan diri dari SBY dan mencalonkan diri sebagai presiden, sehingga membuat konstituen Partai Golkar merasa kecewa.
“Tapi kondisi ini bisa diredam kalau saja Jusuf Kalla kembali bersatu dengan SBY,” kata Mawardi yang duluny pernah aktif di Golkar. (sar)
Berlangsung Tertib dan Aman
Di Banda Aceh yang merupakan ibu kota provinsi dan pusat pemerintahan Aceh, misalnya, sejak pagi hingga tengah hari kemarin tampak lengang. Demikian pula kegiatan pasar yang biasanya ramai, terlihat sepi dari aktivitas transaksi jual-beli. Ini antara lain disebabkan warga terkonsentrasi di tempat-tempat pemungutan suara (TPS) untuk memilih wakilnya yang akan duduk di parlemen.
Dari Sabang dilaporkan bahwa prosesi pelaksanaan pemilu legislatif kemarin, berlangsung tertib dan lancar. Tingkat partisipasi warga dalam menyalurkan suaranya juga tergolong tinggi. Hal itu terlihat dari banyaknya warga yang berdatangan ke TPS sejak pukul 08.00 WIB. Rata-rata TPS di Sabang baru dibuka untuk warga sekira pukul 07.30 WIB.
Hal itu juga terlihat di Kabupaten Pidie. Meski pelaksanaan pemilu di Pidie berlangsung kondusif, namun ada sebagian tempat pemungutan suara (TPS) menuai masalah. Pasalnya, pemilih terpaksa mencontreng kertas surat suara yang bukan daerah pemilihannya. Seperti terjadi pada ratusan lebih kertas surat suara daerah pemilihan (dapil) II, dilaporkan terkirim ke capil I.
Kodisi serupa dilaporkan juga berlangsung di Pidie Jaya. Bupati setempat, Drs HM Gade Salam, sebelumnya meminta kepada semua lapisan masyarakat di wilayahnya untuk menjaga keamanan dan ketertiban pada pemilu legislatif yang berlangsung secara serentak kemarin.
Prosesi pemungutan suara di Kabupaten Bireuen kemarin secara umum dilaporkan juga berlangsung tertib, aman, dan lancar. Sejumlah warga mengaku pagi-pagi sudah mendatangi TPS untuk melakukan pencontrengan. Namun banyak warga tidak dapat memilih karena namanya tidak terdaftar dalam daftar pemilih tetap (DPT).
Antuasiasnya masyarakat Kota Lhokseumawe dalam memberikan hak suara pada pemilu legislatif, Kamis (9/4) kemarin, membuat sejumlah lokasi TPS membludak. Seperti di TPS Hagu Selatan, Kecamatan Banda Sakti, petugas PPS terpaksa membuat kardus bekas kemasan air mineral menjadi bilik suara tambahan.
Sebanyak 395 kotak dan surat suara hilang di sejumlah TPS di Desa Paya Gajah, Kecamatan Peureulak Barat, Aceh Timur. Sehingga, pemilih terpaksa tidak bisa menggunakan hak pilihnya dalam pemilu legilastif 2009. Meski demikian, seperti daerah-daerah lainnya, prosesi pemungutan suara di wilayah ini, dilaporkan berlangsung tertib, aman, dan lancar.
Warga yang mendapatkan undangan untuk memilih di Aceh Tamiang antusias menyerbu TPS untuk memberikan hak suaranya, walaupun ada warga yang tidak mendapatkan undangan untuk memilih. Bahkan di Kecamatan Bandar Pusaka, lima desa terpaksa menjemur kembali kertas suara yang basah akibat hujan deras, secara umum perata demokrasi lima tahunan tersebut berjalan lancar.
Hujan deras mulai mengguyur wilayah Aceh Tengah pada saat prosesi pemungutan suara, tampak tidak mengurangi antusiasme masyarakat setempat untuk memilih wakilnya yang akan duduk di parlemen. Sebagian TPS yang berada di luar ruangan terpaksa ditutup dengan kain terpal, bahkan ada sebagian TPS dipindahkan ke lokasi dalam sekolah dan meunasah-menasah di dekat TPS.
Sementara di Kabupaten Bener Meriah, seperti di Kampung Wih Porak, Kecamatan Pintu Rime Gayo, tercatat sekitar 25 orang warga tidak ikut memilih karena tidak mendapat undangan untuk memilih. Sejumlah warga yang tidak mendapat undangan memilih mendatangi TPS mempertanyakan nama mereka yang tidak terdaftar sebagai pemilih. Meski demikian prosesi pesta demokrasi di wilayah ini secara umum dilaporkan berlangsung aman dan lancar.
Prosesi pelaksanaan pemilu calon legislatif, di Kabupaten Aceh Tenggara, Kamis (9/4) kemarin, dilaporkan berlangsung aman. Aktivitas perdagangan seperti pertokoan di Pasar Kutacane dan daerah lainya terlihat tutup. Begitu juga mobil angkutan penumpang lintas Kutacane-Lawe Pakam sepi melintas untuk mencari sewa pada saat proses pemungutan suara berlangsung.
Pelaksanaan pemungutan suara pada Pemilu di Kabupaten Aceh Jaya dan Aceh Barat, Kamis (9/4) kemarin, dilaporkan berlangsung dalam situasi aman dan baik. Bahkan meski pada beberapa titik diguyur hujan warga yang sudah termasuk dalam pemilih tetap mendatangi TPS, guna memilih wakil mereka duduk di gedung dewan.
Dari Kabupaten Nagan Raya dilaporkan, ratusan warga di Desa Cot Mue, Kecamatan Kuala Pesisir, kabupaten setempat dilaporkan baru bisa memberikan hak suara mereka sekitar pukul 11.00 WIB kemarin. Meski jadwal yang telah ditetapkan oleh pihak KPU jadwal pemilihan tersebut berlangsung sejak pukul 07.00 WIB hingga pukul 12.00 WIB masyarakat di wilayah itu tetap melaksanakan pemilu hingga tuntas.
Pemungutan suara Pemilu 2009 di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) kemarin secara umum berjalan tertib dan lancar. Namun kekecewaan dialami banyak warga tidak dapat memilih karena namanya tidak tercamtum dalam DPT dan banyak pula yang bingung ketika mencontreng, terutama kaum lansia karena butuh waktu lama mencari caleg yang dipilih, sehingga aktivitas pencontrengan di sebagian besar dari 320 TPS masih berlangsung melewati pukul 12.00 WIB. (sar/ami/fs/nr/ag/yus/saf/yuh/md/c35/min/as/riz/di/nun)
Sumber: http://www.serambinews.com/
KIP: Pemilu Aceh Berjalan Lancar
BANDA ACEH - Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh menyatakan Pemilu 2009 di Provinsi Aceh secara keseluruhan berjalan lancar, meskipun diwarnai beberapa laporan masalah saat pemungutan suara berlangsung.
“Secara umum Pemilu di Aceh berjalan lancar, meskipun ada beberapa laporan masalah yang masuk, tapi itu tak ada yang serius dan krusial yang dapat menghambat pelaksanaan pemilu di Aceh,” kata Ketua KIP, Drs Abdul Salam Poroh, dalam konferensi pers dengan wartawan di Media Center KIP kemarin.
Dia sebutkan, beberapa masalah tersebut masih berkaitan dengan daftar pemilih tetap (DPT). Misalnya, ada pemilih yang tidak terdaftar dalam DPT, sehingga mereka tidak dapat memberi hak suaranya di tempat pemungutan suara (TPS).
Selain itu, ada pemilih yang namanya masuk ke DPT, tapi tidak mendapatkan undangan untuk memilih. Begitupun, kata Abdul Salam, hal ini dapat diatasinya dengan memperlihat KTP atau identitas lain bagi mereka yang tidak mendapat undangan.
Sedangkan mereka yang tidak terdaftar dalam DPT, itu adalah sudah menjadi konsekuensi mereka tidak mendapat hak memilih di TPS.
Laporan lain yang diterima KIP juga disampaikan dalam bentuk SMS. Salah satunya menyebutkan, masih ada partai yang berkampanye di sekitar TPS saat pemungutan suara berlangsung. Kasus ini terjadi terjadi di Desa Trueng Camplie, Pidie Jaya.
Abdul Salam juga melaporkan ada kotak suara yang tertukar di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya). Kejadian yang hampir sama juga terjadi di Banda Aceh. Di salah satu TPS di Jeulingke, Kecamatan Syiah Kuala, dilaporkan ada kertas suara calon DPRK yang tertukar antara satu dapil dengan dapil lain, sehingga proses pemungutan suara sempat terhambat. Tapi masalah tersebut segara dapat diatasi oleh KPPS setempat dengan mengganti kertas suara sesuai dapil.
“Umumnya kejadian tersebut terjadi di tingkat kecamatan,” katanya didampingi Wakil Ketua Ilham Sahputra dan Ketua Divisi Logistik, Robby Syahputra.
Dalam laporan lain yang diterima KIP juga ditemukan ada TPS yang buka pukul 09.00 WIB yang seharusnya sesuai dengan aturan, TPS dibuka pukul 07.00 WIB dan berakhir pukul 12.00 WIB.
Wakil KIP Aceh, Ilham Syahputra mengatakan merujuk pada Peraturan KPU Nomor 3 Tahun 2009, pemilihan harus selesai pada pukul 12.00. Namun, pada Rabu (8/4) atau sehari sebelum pemilihan, KPU telah mengirimkan surat edaran yang menyatakan apabila KPPS tidak dapat menyelesaikan penghitungan suara tepat pada pukul 00.00 WIB, maka KPPS dapat melanjutkan penghitungan sampai selesai.
“
“Penundaan tersebut harus dicatat dalam berita acara yang di dalamnya menjelaskan alasan penundaan,” kata Ilham. Sementara itu, Gubernur Aceh Irwandi Yusuf memberikan suara di (TPS) 3 Bandar Baru, Lampriek bersama istrinya, Darwati A Gani.
Usai memberi suara, Irwandi memantau proses pelaksanaan pemilu di Banda Aceh sebelum akhirnya menuju Meulaboh menggunakan helikopter. Gubernur berangkat dari Mapolda Aceh didampingi Kapolda Irjen Adityawarman dan Ketua Panwaslu Nyak Arief Fadillah Syah. (sar)